TEMU AKRAB

Temu akrab Program Studi Ilmu Administrasi Negara.....

RRI MALANG

Saat Menjadi Moderator RRI Malang.....

TALK SHOW PENDIDIKAN

Talk Show Pendidikan Himpunan Mahasiswa HMI Cabang Malang....

SEMINAR MPR

Menghadiri Seminar MPR 2015,...

YUDISIUM

Yudisium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik........

Senin, 10 November 2014

Hari Parlemen Indonesia

Tidak banyak orang tahu bahwa tanggal 16 Oktober adalah hari parlemen Indonesia. Kelazimannya orang tahu bahwa tanggal 16 Oktober adalah peringatan hari pangan dunia. Ini dapat kita maklumi mengingat masalah pangan adalah kebutuhan primer setiap makluk hidup, sehingga memperingatinya sama halnya memperingati keberlangsungan hidup kita sebagai manusia.
Hari parlemen bukan berarti tidak penting bagi kita, meskipun penentuan tanggal 16 sebagai hari parlemen seburam wajah parlemen hari ini. Karena tidak cukup informasi mengapa dan kapan penetapan tanggal 16 sebagai hari parlemen. Namun demikian tahu dan ikut memperingati hari parlemen adalah sebuah harapan akan terwujudnya parlemen yang benar-benar menjadi wakil kita untuk kemaslahatan bersama menuju Indonesia yang bermartabat.
Lazimnya peringatan hari besar diperingati dikarenakan pada waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa penting, prestisius dan bahkan menggemparkan sehingga perlu diperingati sebagai simbol kita untuk mengenang menjadikan inspirasi menghadirkan masa lalu untuk kebaikan dimasa yang akan datang.

Sejarah Parlemen Indonesia
Jejak perkembangan pemikiran tentang lembaga perwakilan kemungkinan sudah ada sejak ribuan tahun silam seiring pertumbuhan dan perkembangan manusia pada waktu itu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Tambunan (1998) bahwa “kemungkinan di kerajaan-kerajaan purba ribuan tahun Sebelum Masehi (SM) seperti Assiria, Babylonia, Cina, India dan Mesir telah terdapat badan perwakilan, tetapi hingga sekarang tidak diperoleh bukti-bukti tertulis mengenainya.”
Sebenarnya konsep perwakilan dalam agama-agama besar sudah ada. Mulai dari Nabi dan Rosul adalah bentuk delegasi Tuhan untuk menyampaikan risalah-risalah ketuhanan. Pun demikian adanya malaikat lengkap dengan tugasnya masing-masing merupakan bentuk lain delegasi Tuhan kepada makluknya, termasuk tugas dan fungsi Jin yang jelas untuk menggoda dan menyesatkan manusia agar berpaling dari Tuhannya.
Meski demikian merujuk pendapat Pitkin dalam bukunya “The Concept of Representation”, bahwa perwakilan dalam artian sebenarnya yakni seseorang mewakili orang lain pada hakikatnya adalah istilah modern. Sehingga perlu ditegaskan bahwa Yunani Kuno tidak mempunyai kata itu sekalipun warga negara kota tersebut memilih sejumlah pejabat dan kadang-kadang mengirim duta yang sesungguhnya merupakan kegiatan yang dalam masa ini kita sebut dalam perwakilan.
Membahas lembaga perwakilan perlu merujuk pandangan Rousseau (1712-1778), yang mendambakan negara-negara kota seperti zaman Romawi Kuno atau seperti pemerintahan di desa-desa kecil di Swiss rakyat menjadi subjek pemerintahan sekalipun berada di bawah kekuasaan negara. Dengan kata lain, rakyat diperintah tetapi pada saat yang sama juga memerintah.
Pandangan Rousseau sulit diwujudkan mengingat perkembangan penduduk yang sangat cepat, semakin kompleksnya persoalan politik dan kenegaraan, serta perkembangan dan kemajuan teknologi merupakan kendala untuk melaksanakan demokrasi langsung pada era globalisasi seperti saat ini. Sebagai gantinya lahirlah demokrasi tidak langsung yang disalurkan melalui lembaga perwakilan atau yang lebih dikenal dengan nama “parlemen”. Yang mana rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikinya melalui wakil-wakil yang dipilih secara periodik.
Pada masa pemerintahan Islam, khususnya setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW yaitu sejak masa Khalifah Umar bin Khattab dikenal Asy Asyura atau Ahl Halli Wal Aqdi, yaitu musyawarah beberapa sahabat senior untuk menentukan kebijakan negara dan untuk mengangkat khalifah selanjutnya, walaupun dalam bentuk yang belum terlembagakan secara tersendiri, Efriza (2014).

Sejarah DPR mulai jaman penjajahan sampai dengan KNIP
Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dair Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
2.      Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI.
3.      Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:
            a. Ketua Mr. Kasman Singodimedjo
            b. Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
            c. Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary
            d. Wakil Ketua III Adam Malik

Periode Volksraad (Dewan Rakyat)
Pasal 53 sampai dengan Pasal 80 Bagian Kedua Indische Staatsregeling, wet op de Staatsinrichting van Nederlandsh-Indie (Indische Staatsrgeling) yang ditetapkan pada tanggal 16 Desember 1916 serta diumumkan dalam Staatsblat Hindia No. 114 Tahun 1916 dan berlaku pada tangal 1 Agustus 1917 memuat hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan legislatif, yaitu Volksraad (Dewan Rakyat).
Berdasarkan konstitusi Indische Staatsrgeling buatan Belanda itulah, pada tanggal 18 Mei 1918 Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum atas nama pemerintah penjajah Belanda membentuk dan melantik Volksraad (Dewan Rakyat).
Tahun 1918 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 38 orang (20 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1927 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 55 orang (25 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1930 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 60 orang (30 orang dari golongan Bumi Putra)

Volksraad mempunyai hak yang tidak sama dengan parlemen, karena volksraad tidak mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran belanja negara.
Kaum Nasionalis moderat antara lain Hohammad Husni Thamrin, dll. menggunakan Volksraad sebagai jalan untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka memalui jalan Parlemen. Usul-usul anggota seperti Petisi Sutardjo Tahun 1935 yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia yang berisi keinginan adanya parlemen yang sesungguhnya sebagai suatu tahap untuk menuju Indonesia Merdeka, ternyata ditolak pemerintah Hindia Belanda.
Pada Awal perang Dunia II Anggota-anggota Volksraad mengusulkan dibentuknya milisi pribumi untuk membantu Pemerintah menghadapi musuh dari luar, usul ini juga ditolak. Tanggal 8 Desember 1941 Jepang melancarkan serangan ke Asia.
Tanggal 11 Januari 1942 Tentara Jepang pertama kali menginjak bumi Indonesia yaitu mendarat di Tarakan (kalimantan Timur). Hindia Belanda tidak mampu melawan dan menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, dan Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi.

Jaman Kemerdekaan
Rakyat Indonesia pada awalnya gembira menyambut tentara Dai Nippon (Jepang), yang dianggap sebagai saudara tua yang membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun pemerintah militer Jepang tidak berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Semua kegiatan politik dilarang. Pemimpin-pemimpin yang bersedia bekerjasama, berusaha menggunakan gerakan rakyat bentukan Jepang, seperti Tiga-A (Nippon cahaya Asia, Pelindung Asia, dan Pemimpin Asia) atau PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk membangunkan rakyat dan menanamkan cita-cita kemerdekaan dibalik punggung pemerintah militer Jepang.
Tahun 1943, dibentuk Tjuo Sangi-in, sebuah badan perwakilan yang hanya bertugas menjawab pertanyaan Saiko Sikikan, penguasa militer tertinggi, mengenai hal-hal yang menyangkut usaha memenangkan perang Asia Timur Raya. Jelas bahwa Tjuo Sangi-in bukan Badan Perwakilan apalagi Parlemen yang mewakili bangsa Indonesia.
Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang dibom atom oleh "Serikat" dan Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Dengan demikian Jepang akan kalah dalam waktu singkat, sehingga Proklamasi harus segera dilaksanakan.
Tanggal 16 Agustus 1945, tokoh-tokoh pemuda bersepakat menjauhkan Sukarno-Hatta ke luar kota (Rengasdengklok Krawang) dengan tujuan menjauhkan dari pengaruh Jepang yang berkedok menjanjikan kemerdekaan, dan didesak Sukarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berunding selama satu malam di rumah Laksamana Maeda,maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia membacakan Proklamasi Kemerdekaan di halaman rumahnya Pengangsaan Timur 56, Jakarta.
Periode KNIP (29 Agustus 1945 s/d Pebruari 1950)
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945.
Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP :
a.       Ketua Mr. Kasman Singodimedjo
b.      Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
c.       Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary
d.      Wakil Ketua III Adam Malik
Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.
KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan.
Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik.

Periode DPR dari masa – ke masa
1.      Nov 1965
2.      DPR GR minus PKI 15 Nov 1965 - 19 Nov 1966
3.      DPR GR Orde Baru 19 Nov 1966 - 28 Oct 1971
4.      DPR hasil pemilu 2 28 Oct 1971 - 01 Oct 1977
5.      DPR hasil pemilu 3 01 Oct 1977 - 01 Oct 1982
6.      DPR hasil pemilu 4 01 Oct 1982 - 01 Oct 1987
7.      DPR hasil pemilu 5 01 Oct 1987 - 01 Oct 1992
8.      DPR hasil pemilu 6 01 Oct 1992 - 01 Oct 1997
9.      DPR hasil pemilu 7 01 Oct 1997 - 01 Oct 1999
10.  DPR hasil pemilu 8 01 Oct 1999 - 01 Oct 2004
11.  DPR hasil pemilu 9 01 Oct 2004 - 01 Oct 2009
12.  DPR hasil pemilu 10 01 Oct 2009 - 01 Oct 2014
13.  DPR hasil pemilu 11 01 Oct 2014 - 01 Oct 2019

Hari Parlemen ini sama pentingnya dengan hari pangan sedunia. Karena kebijakan pangan untuk kesejahteraan rakyat adalah tugas pemerintah, salah satunya parlemen menjadi faktor agen kontrol apakah kebijakan pangan dan kebijakan lainnya yang menyangkut kesejahteraan rakyat sudah tepat atau sebaliknya.
Semoga parlemen kita lebih berwajah humanis dan membanwa senyum bagi rakyat Indonesia, bukan senyum untuk segelintir orang, apalagi kelompoknya. Selamat Dirgahayu Parlemen Indonesia.

Referensi
Efriza, 2014. Studi Parlemen : Sejarah, Konsep, dan Lanskap Politik Indonesia. Penerbit: SETARA Press, Malang.
Sanit, Arbi, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Penerbit: Rajawali, Jakarta.
Tambunan, A.S.S., 1998. Fungsi DPR RI Menurut UUD 1945 Suatu Studi Analisis Mengenai Pengaturannya Tahun 1966-1977, Sekolah Tinggi Hukum Militer.
http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/sejarah

Profil Tokoh Inspiratif

IRONI MAHASISWA ALERGI ORGANISASI


Tipe mahasiswa setidaknya ada 3 (tiga) sesuai dengan kebiasaannya, terutama di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri). Pertama, mahasiswa Kupu-kupu; kuliah-pulang kuliah pulang. Sering kita melihat mahasiswa dengan karakter Kupu-kupu, yang aktivitasnya hanya kuliah lalu pulang. Kedua, mahasiswa Kelabang; keliaran bangga. Mahasiswa jenis Kelabang dapat kita pahami karena memang latar belakang dan asal mahasiswa Unitri dari berbagai pelosok di tanah air, sehingga “aji mumpung” berlaku. Mumpung di Malang keliaran menambah pengalaman, keren! Yang terakhir adalah mahasiswa Tikus; Aktivis kampus. Tipe mahasiswa yang terakhir ini adalah tipe mahasiswa yang ideal, setidaknya jika memegang teguh idealismenya. Jika tidak, maka akan benar-benar menyerupai “tikus” ala lagunya Iwan Fals!
Pilihan menjadi mahasiswa kupu-kupu tidak salah apabila diimbangi dengan kegiatan bermanfaat dan serius untuk persiapan menyongsong masa depan lebih baik. Misalnya, menghabiskan waktu membaca buku, mengunjungi perpustakaan, selanjutnya fokus pada tugas-tugas kuliah. Sehingga secara akademis dapat meraih IPK yang baik dan berguna untuk bekal kembali ke masyarakat dan mendapatkan kerja sesuai dengan harapan.
Mahasiswa dengan tipe kelabang bukan pilihan yang cerdas. Keliaran bangga seharusnya dimaknai dalam hal yang positif. Keliaran dan harus bangga apabila menghadiri seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya yang menunjang kegiatan akademis. Bukan keliaran dalam arti sebaliknya yang menyia-nyiakan waktu.
Menjadi mahasiswa ideal bukan hanya menjadi aktivis kampus, setidaknya harus memenuhi tiga kriteria, yaitu; berprestasi, berorganisasi, dan akhlak yang baik (budi pekerti). Ketiga kriteria ini hakikatnya tidak terpisahkan bagi keberhasilan hidup mahasiswa di masa depan. Istilah yang lagi populer hard skill saja tidak cukup, butuh soft skill. Kaitan ketiga hal tersebut menurut Rahmat Hariyadi adalah sebagai berikut.
  1. Prestasi mengantarkan lulus seleksi dalam mendapatkan pekerjaan;
  2. Pengalaman organisasi menjadikan sukses melaksanakan pekerjaan; dan
  3. Akhlak yang baik membuat diterima dalam setiap pergaulan.
Inti dari prestasi adalah pencapaian standar nilai yang tinggi dalam menyelesaikan perkuliahan. Prestasi mencerminkan penguasaan seseorang terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dan diujikan kepadanya. Secara singkat, mahasiswa yang berprestasi adalah yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi. IPK ini menjadi pertimbangan awal bagi seorang lulusan ketika melamar suatu pekerjaan, baru kemudian hasil ujian tulis, wawancara, uji kompetensi, dan sebagainya. Apabila prestasi rendah, maka biasanya sejak awal seorang calon pelamar sudah tersingkir atau tidak diperhatikan.
Pengalaman berorganisasi banyak dibutuhkan di dunia kerja seperti yang disampaikan oleh Andrie Wongso (motivator dan pengusaha) mengatakan; dalam dunia kerja, banyak perusahaan yang lebih mengutamakan calon karyawan dari lulusan yang memiliki riwayat organisasi. Alasannya, karena mantan aktivis memiliki manajemen waktu, keterampilan interpersonal, serta problem solving yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengalaman organisasi. Karena mereka lebih terlatih dalam mengelola tugas yang banyak dan menetapkan prioritas penyelesaiannya. Mereka tidak canggung lagi dengan tuntutan budaya kerja kantor. Dan tentunya mereka telah terbiasa berinteraksi dengan orang dengan berbagai karakteristiknya, sehingga lebih siap mengelola dan menghadapi konflik dalam perusahaan bahkan menemukan solusinya. Lain halnya dengan mereka yang semasa kuliah tidak aktif berorganisasi, maka ketika memasuki dunia kerja ia baru mulai belajar keterampilan-keterampilan di atas. Hal ini membutuhkan waktu, dan kadang membuat kolega kurang respek, karena semestinya ketika memasuki dunia kerja seseorang benar-benar telah siap bekerja, bukannya baru belajar dari awal!
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi yang Diharapkan Dunia Kerja oleh National Association of Colleges and Employers, USA, 2002. Berikut peringkatnya yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja; 1. kemampuan berkomunikasi, 2. integritas/ kejujuran, 3. kemampuan bekerjasama, 4. kemampuan interpersonal dan 5. etika. Sedangkan IPK menduduki peringkat 17 dari 20 item kebutuhan prioritas dunia kerja. Kalau kita tidak punya ruang untuk aktualisasi diri (aktif di organisasi) bagaimana kita melatih semua itu?
Namun demikian memilih organisasi berbasis mahasiswa harus cerdas dan penuh perhitungan bukan sekedar ikut-ikutan. Mengingat menjadi mahasiswa adalah rangkaian terakhir dari proses pendidikan formal. Itu pula mengapa sebutannya maha-siswa sama artinya di atas segala siswa. Pengertiannya sederhana, kita dituntut untuk mandiri dalam belajar, rasional dalam pilihan, dan menjadi orang yang merdeka lahir batin sebagai bekal kembali kemasyarakat sebagai agent of change. Bukan seperti siswa yang senantiasa apa kata guru, terikat kuat dengan pilihan-pilihan orang tua, bahkan dalam banyak hal pilihannya sekedar ikut-ikutan, berdasarkan kesenangan dan hanya karena pilihan itu adalah pilihan teman karib kita.
Banyak organisasi yang penuh dengan doktrin yang mengkungkung dan mengebiri fitrah kita yang senantiasa oleh Tuhan dituntut menggunakan akal, dituntut menggunakan kesadaran beraktivitas dalam hidup untuk beribadah dan menjadi khalifah fil ard di dunia. Dalam kitab suci Tuhan senantiasa mengajak manusia untuk berpikir tentang segala bentuk kuasa dan ciptaan Tuhan, agar bersyukur. Orang yang menggunakan kesadaran dan ilmunya lebih tinggi derajatnya dimata Tuhan dibandingkan dengan aktivitas yang tidak berdasar ilmu dan kesadaran.
Oleh karena, memilih organisasi sama cerdasnya dengan memilih untuk menjadi orang sukses. Karena salah memilih organisasi berarti salah pula memupuk pribadi, mental dan pola pikir bagaimana menjadi orang yang hebat. Ingat dalam organisasi ada budaya organisasi. Jika budayanya tidak cerdas, budayanya menghalalkan segala cara, melestarikan tradisi-tradisi yang jauh dari nilai-nilai agama dan tidak berorientasi kepada kehidupan dunia dan akhirat, tentunya kita akan menjadi pribadi sebagaimana lingkungan dan budaya membentuk kita. Pilihan organisasi bukan untuk sukses di dunia saja lebih dari itu untuk bekal di akhirat tentunya.
Akhlak yang baik adalah mata uang yang laku di mana saja, dan bisa untuk membeli apa saja. Dengan akhlak yang baik, simpati teman mudah didapatkan, ketidaksukaan orang dapat dihindari, hati atasan dapat dibuat terkesan, bantuan dan pertolongan orang lain mudah didapatkan. Inilah hebatnya akhlak, sehingga bila hal ini tidak ada, maka prestasi dan pengalaman organisasi di atas menjadi tidak berarti.
Analoginya begini, IPK sama dengan IQ (kecerdasan intelektual) dan pengalaman organisasi dapat kita sebut dengan EQ (kecerdasan emosional). IQ dan EQ yang mumpuni akan menjadikan seorang lulusan jumawa (tinggi hati) dan sekali waktu dapat dengan mudah putus asa (bahkan di negara maju banyak yang sampai bunuh diri). Untuk menyempurnakannya dibutuhkan SQ (kecerdasan spiritual) sebagai sandaran hakiki bagi kita makluk yang ber-Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kombinasi menjadi pribadi sukses selain kemampuan IQ dan EQ, kuncinya bersandar pada SQ sebagai pusat orbit segala aktivitas kita, buahnya akhlak yang baik dan menjadi pribadi teladan.
Idealnya mahasiswa harus menjadi Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi. Insan Pencipta sebagai bentuk tanggung jawab sebagai orang yang sedang belajar di perguruan tinggi, IPK sebagai indikatornya. Pencipta, adalah tuntutan kreativitas dan inovatif setelah berilmu karena beradaban besar di dunia lahir dari kreativitas dan inovasi dari orang yang berilmu. Sedangkan Pengabdi, adalah tanggung jawab sosial bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya dan juga untuk lingkungannya.
Selanjutnya, tinggal kita bertanya pada diri sendiri termasuk kategori mahasiswa yang bagaimanakah kita? Atau ada jenis mahasiswa lain yang belum tersebutkan di atas. Namun yang pasti bagi Anda yang sudah menjadi Tikus, sudah berada pada jalur kesuksesan dengan catatan IPK dan Akhlak tidak diabaikan. Bukankah banyak yang “keasikan” aktif di organisasi melupakan kuliah dan mengabaikan akhlak/ budi pekerti/ tata krama sebagai pribadi calon intelektual? Semoga tidak demikian, Selamat berjuang!

Referensi;
Artikel pribadi dody setyawan
National Association of Colleges and Employers, USA, 2002

Minggu, 09 November 2014

BAGAIMANA ANDA DI USIA 70 TAHUN ?



Sebuah catatan sebelum usia senja
Saling mengingatkan dalam kebaikan, dan berbuat kebajikan disertai kesabaran.

Akal sehat pasti akan menolak apabila ada doktrin yang mengatakan bahwa aktivitas manusia di dunia (apakah itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk) sudah ada yang menebusnya. Sehingga ketika manusia meninggal, tinggal begitu saja masuk surga cukup dengan percaya pada doktrin tersebut.
Wanita ini berumur tujuh puluhan. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana orang seusia ini menilai hidupnya?
Jika ada yang ia ingat tentang hidupnya, tentunya berupa suatu "kehidupan yang cepat berlalu"!
Ia akan berkomentar bahwa hidupnya tidaklah "panjang" sebagaimana impiannya di usia belasan. Mungkin tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari ia akan menjadi begitu tua. Namun kini, ia dicekam oleh kenyataan bahwa ia telah meninggalkan tujuh puluh tahun di belakangnya. Ketika muda, mungkin tak pernah terpikir olehnya bahwa kebeliaan dengan segala gairahnya akan berlalu begitu cepat.
Bila pada usia senja ia diminta untuk menceritakan kisah hidupnya, kenangannya akan terangkum dalam pembicaraan selama lima atau enam jam saja. Hanya itulah yang tersisa dari yang disebutnya sebagai "masa tujuh puluh tahun yang panjang".
Daya pikir seseorang, yang melemah sesuai usia, dipenuhi banyak pertanyaan. Berbagai pertanyaan ini sungguh penting untuk direnungkan, dan menjawabnya secara jujur sangat mendasar untuk memahami seluruh aspek kehidupan: "Apakah tujuan dari hidup yang berlalu begitu cepat ini? Mengapa aku harus terus bersikap positif dengan semua masalah kerentaan yang kumiliki? Apa yang akan terjadi di masa depan?"
Jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan-pertanyaan ini terbagi dalam dua kategori utama: dari orang-orang yang mengimani Allah dan dari orang-orang yang tidak mengimani-Nya.
Pernahkah berpikir untuk apa manusia dan mahluk hidup lainnya diciptakan?
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku” (Adz Dzariat:56)
Pernyataan yang paling masuk akal tentang bagaimana manusia hidup akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya adalah sebagai berikut;
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).
Seseorang yang tidak mengimani Allah akan mengatakan, "Saya telah menghabiskan hidup mengejar hal yang sia-sia. Saya telah meninggalkan tujuh puluh tahun di belakang saya, namun sebenarnya, saya masih belum dapat memahami untuk apa saya hidup. Ketika masih anak-anak, orang tua adalah pusat kehidupan saya. Saya mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan dalam cinta mereka. Kemudian, sebagai seorang wanita muda, saya mengabdikan diri kepada suami dan anak-anak. Pada masa itu, saya membuat banyak cita-cita untuk diri saya. Namun ketika tercapai, semuanya seperti sesuatu yang cepat berlalu. Saat bergembira dalam keberhasilan, saya melangkah menuju cita-cita lain yang menyibukkan, sehingga saya tidak memikirkan makna hidup yang sesungguhnya. Kini pada usia tujuh puluh tahun, dalam ketenangan usia senja, saya mencoba menemukan apa gerangan tujuan masa lalu saya. Apakah saya hidup untuk orang-orang yang kini hanya samar-samar saya ingat? Untuk orang tua saya? Untuk suami saya yang telah berpulang bertahun-tahun yang lalu? Atau anak-anak yang kini jarang saya lihat karena telah memiliki keluarga masing-masing? Saya bingung. Satu-satunya kenyataan adalah bahwa saya merasa dekat dengan kematian. Saya akan segera meninggal dan menjadi kenangan yang redup dalam benak orang-orang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya benar-benar tidak tahu. Bahkan memikirkannya saja sudah menakutkan!"
Tentunya ada alasan mengapa ia begitu berputus asa. Ini semata karena ia tidak dapat memahami bahwa alam semesta, seluruh makhluk hidup dan manusia memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan harus dipenuhi dalam hidup. Adanya tujuan-tujuan ini berasal dari fakta bahwa segalanya telah diciptakan. Orang yang berakal dapat melihat hadirnya perencanaan, perancangan, dan kearifan dalam setiap detail dunia yang penuh variasi. Hal ini membawanya pada pengenalan terhadap sang Pencipta. Selanjutnya ia akan menyimpulkan bahwa, karena seluruh makhluk hidup tidaklah disebabkan oleh suatu proses acak atau tanpa sadar; mereka semua menjalankan tujuan yang penting. Dalam Al Quran, pedoman asli terakhir yang diturunkan untuk manusia, Allah berulang kali mengingatkan kita akan tujuan hidup kita, suatu hal yang cenderung kita lupakan, dan dengannya membimbing kita pada kejelasan pemikiran dan kesadaran.
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Huud, 11: 7)
Ayat ini memberikan pemahaman penuh akan tujuan hidup bagi orang-orang yang beriman. Mereka mengetahui bahwa hidup ini adalah tempat mereka diuji dan dicoba oleh Pencipta mereka. Karenanya, mereka berharap untuk berhasil dalam ujian ini dan mencapai surga serta kesenangan yang baik dari Allah.
Akan tetapi, demi kejelasan, ada sebuah poin penting untuk dipikirkan: mereka yang mempercayai 'keberadaan' Allah tidak lantas memiliki keyakinan yang benar; jika mereka tidak meletakkan kepercayaan kepada Allah. Kini, banyak orang menerima bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah; namun, mereka kurang memahami dampak fakta ini terhadap hidup mereka. Karenanya, mereka tidak menjalankan hidup mereka sebagaimana yang seharusnya. Apa yang dianggap orang-orang ini sebagai kebenaran adalah, bahwa pada awalnya Allah menciptakan alam semesta ini, kemudian meninggalkannya.
Dalam Al Quran, Allah menunjukkan kesalahpahaman ini dalam ayat berikut:
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman, 31: 25)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (Surat az-Zukhruf: 87)
Karena kesalahpahaman ini, manusia tidak dapat menghubungkan kehidupan mereka sehari-hari dengan fakta bahwa mereka memiliki Pencipta. Itulah alasan dasar mengapa setiap manusia mengembangkan prinsip dan nilai-nilai moral pribadinya sendiri, yang terbentuk dalam budaya, komunitas, dan keluarga tertentu. Prinsip-prinsip ini sebenarnya berfungsi sebagai "petunjuk hidup" hingga datangnya kematian. Manusia yang menaati nilai-nilai mereka sendiri akan mendapatkan kenyamanan dalam harapan bahwa setiap tindakan yang salah akan dihukum sementara dalam neraka. Pemikiran sejenis menyimpulkan bahwa kehidupan abadi dalam surga akan mengikuti masa penyiksaan ini. Pemikiran tersebut tanpa sadar meredakan rasa takut akan hukuman yang memilukan di akhir kehidupan. Beberapa orang, di lain pihak, bahkan tidak merenungkan hal ini. Mereka sama sekali tidak memedulikan dunia selanjutnya dan "memanfaatkan hidup sebaik-baiknya".
Bagaimanapun, hal di atas tidak benar dan kenyataannya berseberangan dengan apa yang mereka pikirkan. Mereka yang berpura-pura tidak menyadari keberadaan Allah akan terjebak dalam keputusasaan yang dalam. Dalam Al Quran, orang-orang tersebut digambarkan sebagai berikut:
Mereka hanya mengetahui yang lahir dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang akhirat adalah lalai, (QS. Ar-Ruum, 30: 7).
Tentulah, orang-orang ini hanya memahami sedikit saja mengenai keberadaan dan tujuan sesungguhnya dunia ini, dan mereka tidak pernah berpikir bahwa kehidupan dalam dunia ini tidaklah kekal.
Ada beberapa ungkapan yang umum dipergunakan manusia mengenai pendeknya kehidupan ini: "Manfaatkanlah hidupmu sebaik-baiknya selagi sempat", "hidup itu pendek", "manusia tidak hidup selamanya" adalah ungkapan yang selalu dirujuk dalam mendefinisikan sifat dasar dunia ini. Namun, ungkapan-ungkapan ini mengandung keterikatan yang terselubung kepada hidup ini, dibandingkan kepada hidup setelahnya. Ungkapan-ungkapan itu mencerminkan perilaku umum manusia terhadap kehidupan dan kematian. Karena kecintaan akan hidup yang demikian besarnya, pembicaraan tentang kematian selalu diselingi dengan lelucon atau hal lain yang mengurangi keseriusan permasalahan tersebut. Selingan ini selalu memiliki tujuan, sebagai upaya sengaja untuk mereduksi permasalahan penting tersebut menjadi hal yang remeh.
Kematian sesungguhnya merupakan topik yang penting untuk direnungkan. Hingga saat seperti ini dalam kehidupannya, seseorang mungkin tidak menyadari betapa berarti kenyataan ini. Namun, karena kini ia punya kesempatan untuk memahami pentingnya hal tersebut, ia harus mempertimbangkan kembali kehidupan dan segenap harapannya. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat kepada Allah serta mengarahkan kembali seluruh perilaku dan melanjutkan kehidupan seseorang dalam kepatuhan akan kehendak Allah. Hidup itu pendek; jiwa manusia kekal. Dalam masa yang pendek ini, seseorang seharusnya tidak membiarkan keinginan yang sementara mengendalikannya. Seseorang seharusnya melawan godaan dan menjauhkan dirinya dari segala hal yang memperkuat ikatannya terhadap dunia ini. Sungguh tidak bijaksana untuk mengabaikan dunia yang selanjutnya, hanya demi kesenangan yang sementara ini.
Meski demikian, orang-orang yang tidak beriman dan tidak dapat memahami kenyataan ini menghabiskan hidup mereka dalam kesia-siaan dengan melupakan Allah. Lebih lanjut, mereka mengetahui bahwa tidaklah mungkin mereka mencapai keinginan-keinginan ini. Mereka selalu merasakan ketidakpuasan yang dalam dan menginginkan lebih daripada apa yang mereka miliki kini. Mereka memiliki harapan dan keinginan yang tidak berakhir. Namun, dunia bukanlah tempat yang sesuai untuk memuaskan keinginan-keinginan ini.
Tidak ada yang kekal di dunia ini. Waktu berlaku pada hal-hal yang bagus dan baru. Sebuah mobil baru akan segera ketinggalan jaman begitu model lain dirancang, diproduksi, dan dipasarkan. Sama halnya, seseorang mungkin menginginkan rumah besar milik orang lain atau rumah mewah dengan ruangan yang lebih banyak daripada penghuninya dan dengan perlengkapan yang dilapisi emas, yang pernah dilihat sebelumnya, akan kehilangan selera terhadap rumahnya sendiri dan tidak dapat menghindari hal-hal tersebut dengan rasa iri.
Sebuah pencarian tak berakhir untuk sesuatu yang baru dan lebih baik tidak memberikan nilai ketika ia telah dicapai, celaan terhadap sesuatu yang lama, dan meletakkan seluruh harapan pada yang baru: ini adalah lingkaran setan yang telah dialami manusia di mana pun sepanjang sejarah. Namun, seorang manusia yang berilmu pengetahuan seharusnya berhenti dan bertanya pada diri sendiri untuk sesaat: mengapa ia mengejar ambisi yang sementara dan sudahkah ia dapatkan keuntungan dari upaya itu? Akhirnya, ia seharusnya menarik kesimpulan bahwa "ada masalah mendasar pada pandangan ini". Namun manusia, yang sedikit sekali memikirkan hal ini, terus mengejar mimpi yang sepertinya tidak akan dapat mereka capai.
Tidak ada seorang pun, bagaimanapun juga, mengetahui apa yang akan terjadi bahkan dalam beberapa jam mendatang: setiap saat seseorang mungkin mengalami kecelakaan, terluka parah, atau menjadi cacat. Lebih jauh lagi, waktu berlalu dalam perhitungan menuju kematian seseorang. Setiap hari membawa hari yang telah ditakdirkan tersebut lebih dekat. Kematian pastilah menghapus seluruh ambisi, keserakahan, dan keinginan terhadap dunia ini. Di dalam tanah, baik harta benda maupun status tidak berlaku. Setiap harta benda yang membuat kita kikir, begitupun tubuh kita, akan menghilang dan meluruh di dalam tanah. Apakah seseorang itu kaya atau miskin, cantik atau jelek, suatu saat ia akan dibungkus dalam kafan yang sederhana.
Kami percaya bahwa Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat Hidup menawarkan sebuah penjelasan mengenai sifat yang sesungguhnya dari kehidupan manusia. Sebuah kehidupan pendek dan penuh tipuan yang didalamnya keinginan duniawi terlihat menarik dan penuh janji, namun kenyataannya bertolak belakang. Buku ini akan memungkinkan Anda merasakan hidup Anda dan seluruh kenyataannya, dan membantu Anda memikirkan kembali tujuan Anda dalam hidup, bila Anda menginginkannya.
Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk mengingatkan manusia lain akan fakta-fakta ini, dan menyuruh mereka hidup hanya untuk memenuhi keinginan-Nya, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam ayat berikut:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan penipu memperdayakan kamu dalam Allah. (QS. Luqman, 31: 33).
Sumber: Catatan harian pribadi dan artikel dari www.pakdenono.com.