TEMU AKRAB

Temu akrab Program Studi Ilmu Administrasi Negara.....

RRI MALANG

Saat Menjadi Moderator RRI Malang.....

TALK SHOW PENDIDIKAN

Talk Show Pendidikan Himpunan Mahasiswa HMI Cabang Malang....

SEMINAR MPR

Menghadiri Seminar MPR 2015,...

YUDISIUM

Yudisium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik........

Minggu, 30 Agustus 2015

Wakil Walikota Batu Hadir dalam Penutupan Program Kuliah Kerja Kopetensi (K3) Ilmu Administrasi Negara

Dalam rangka mempersiapkan Mahasiswa yang berkompeten  dan sebagai agen perubahan dan pembangunan bagi bangsa indonesia, universitas tribhuwana tuggadewi malang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Kopetensi (K3) di desa-desa dalam Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kota Malang Jawa Timur, tahun akademik 2014/2015 akhirnya menyelesaikan program kuliah kerja Kopetensi tersebut. Pada Jumat (28/8/2015) seluruh mahasiswa K3 yang berpraktik pada wilayah tersebut menggelar acara penutupan program K3 di gedung rapat kantor BAPPEDA Kota Batu jawa timur Setelah 2 bulan lebih menjalankan Program K3.
Ketua panitia penutupan K3 Agung Suprojo, S.Kom., MAP Pada kesempatan itu menjelaskan pelaksanaan K3 dimulai pada bulan juli  hingga akhir agustus.
Penutupan K3 Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Jumat (28/8/2015) juga dihadiri oleh Wakil Walikota Batu Punjul Santoso. Ketua Panitia K3 Agung Suprojo, S.Kom., MAP Dalam sambutannya mengucapkan banyak terima kasih kepada Wakil Walikota Batu yang  berkenan hadir untuk memberikan semangat kepada para mahasiswa pada penutupan K3 Tahun ini.

Sementara itu Wakil Walikota Batu Punjul Santoso dalam sambutanya mengucapkan terimakasih kepada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang yang telah memilih daerahnya sendiri sebagai tempat Kuliah Kerja Kopetensi, sehingga banyak membantu pembanguan desa yang ditempati K3, terutama bidang Administrasi dan Pelayanan Publik. Namun dalam pelaksanaannya Mahasiswa/i dituntut harus mampu menuangkan ide sesuai dengan kopetensi yang sudah dimiliki oleh Mahasiswa/i yang sudah di miliki selama mengikuti perkuliahan. Setelah itu dilakukan penandatanganan Naskah Kerjasama Tri Darma Perguruan Tinggi oleh Wakil Walikota Batu dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik    Drs. Sugeng Rusmiwari, M.Si. Sebagai puncak acara Wakil Walikota Batu Punjul Santoso menutup Program Kuliah Kerja Kopetensi (K3) tersebut dan mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang telah menyelesaian program Kuliah Kerja Kopetensi.



Selasa, 03 Februari 2015

MENGENAL SIMBOL MAKSIAT PADA HARI VALENTINE

Pesan Khusus Bagi Perempuan

Hari Valentine atau yang lebih dikenal Valentine Day adalah salah satu perayaan dimana sepasang kekasih merayakan rasa sayang dan cintanya. Di Indonesia sendiri, Valentine Day diartikan sebagai hari kasih sayang. Konon perayaan hari valentine ini lebih mengarah pada pengungkapan rasa sayang dan cinta terhadap pasangannya. Pada hari valentine sang pasangan diwajibkan mengungkapkan perasaanya mungkin melalui kata-kata cinta ataupun kata mutiara cinta yang sangat indah dan enak di dengar. Selain kata-kata, pasangan juga bisa memberikan sebuah hadiah, umumnya berupa bunga, ataupun barang kesukaan sang kekasih.

Terlepas dari kontroversi sejarahnya dalam pandangan Islam terkait dengan Hari Valentine, tulisan ini bukan untuk membahas itu.

Dalam pandangan penulis, Hari Valentine tak ubahnya ibarat hari pelampiasan akan nafsu yang dikemas, disimbolisasi, dan diungkapkan dengan berbagai cara. Pada intinya adalah bagaimana agar supaya nafsu dapat tersalurkan dan menemukan momentum yang tepat, untuk itu Valentine ramai (banyak yang merayakan) dan ditunggu-tunggu kehadirannya.
Nafsu adalah suatu keinginan manusia yang tersirat di dalam pikirannya untuk melakukan suatu tindakan yang selaras dengan kehendaknya. Nafsu ada yang baik dan buruk. Nafsu yang baik adalah nafsu yang telah tunduk dan taat pada perintah Allah SWT. Sedangkan nafsu buruk merupakan nafsu yang masih sulit mengikuti perintah dari Allah SWT. Untuk itu perlu mengetahui jenis dan simbol-simbol nafsu agar dapat melatih dan mengendalikan nafsu dengan baik.

Mengenal makna warna dalam nafsu

Menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi ada tujuh tingkatan nafsu diantaranya; nafs amarah, lawwamah, mulhimah, muthmainnah, rodhiyah, mardhiyah, dan nafs kamilah. Namun demikian penulis hanya ingin mengajak merenungkan tentang empat tingkatan saja dengan menggunakan simbol-simbol warna. Mulai dari nafs amarah sampai dengan muthmainnah karena 4 tingkatan pertama ini yang senantiasa kita dapati dalam kehidupan sehari-hari (bagi orang awam). Sehingga bagi Anda pembaca yang sedang kasmaran dan ingin ikut-ikutan merayakan Hari Valentine patut kiranya merenungkan empat simbol dibawah ini.
Empat simbol tersebut, tiga diantaranya senantiasa kita dapati pada rambu-rambu lalu lintas. Bagi yang senantiasa memikirkan makna, bukan kebetulan rambu-rambu lalu lintas itu dengan berbagai warnanya tanpa maksud dan tujuan. Warna tersebut ada merah, kuning, dan hijau yang masing-masing penuh arti.

  1. Merah; pengendara pasti berhenti. Jika tidak berhenti bisa ditangkap polisi, kecelakaan, dan hal-hal lain yang berakibat buruk jika dilanggar. Merah juga kita jumpai pada larangan berhenti, larangan menyeberang, dan seterusnya.
  2. Kuning; dapat dimaknai sebagai kewaspadaan sebelum pengendara diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Warna Kuning banyak juga kita temukan pada rambu-rambu yang mengingatkan tentang bahaya, misalnya jalan licin, jalan berliku, dan sebagainya.
  3.  Hijau; adalah seimbol warna pada rambu-rambu lalu lintas yang memperbolehkan pengendara melanjutkan perjalanan. Disamping itu hijau adalah simbol kesejukan, kedamaian, rindang, teduh, dan tanda kehidupan alam semesta. Dengan demikian patut kiranya kita melestarikan dan merawatnya.
  4. Yang terakhir adalah warna putih. Meskipun tidak ada dalam rambu-rambu, namun warna putih sebagai warna yang semua orang sepakat bahwa putih simbol dari kesucian, sumber kehidupan (sinar matahari), dan pada  kaum tarekat, sufi, dan bahkan orang yang melakukan meditasi mendapati puncak dari perjalanan/ pengalaman spiritual adalah bertemunya dengan cahaya putih (QS. An-Nur: 35).


Pesan bagi perempuan dengan warna

Wahai Anda kaum perempuan yang merayakan Valentine day mari kita belajar dari warna tersebut di atas. Anda perempuan hendaknyalah berhati-hati menerima hadiah berupa bunga, barang, dan simbol-simbol lainnya yang pada intinya ungkapan dari Arjuna yang ingin mendapatkan “cinta dan kasihmu”. Yang harus Anda perhatikan adalah warna dan coraknya. Karena dengan warna kita tahu bagaimana Arjuna itu akan “menafsui Anda”.

Apabila sang Arjuna memberikan bunga/hadiah dengan warna merah, sebaiknya Anda waspada dan segera menjahuinya (bila perlu tampar dengan keras) karena merah identik dengan kemarahan (nafsu membara). Karena ibarat rambu-rambu lalu lintas, merah tandanya tidak boleh dilanjutkan, harus berhenti. Dalam tingkatan ini disebut nafsu AMARAH dengan kata lain nafsu binatang! Cirinya senantiasa merusak, mengelabui, dusta (gombal), dan bukan cinta melainkan ini merupakan keinginan “menafsui/ merusak Anda”. Berbeda apabila simbol merah diungkapkan kepada pasangan sah (sesuai tuntunan agama), misalnya suami-istri.

Apabila sang Arjuna memberikan bunga/hadiah dengan warna kuning, Andapun harus hati-hati. Karena ibarat rambu-rambu lalu lintas, kuning harus hati-hati dan senantiasa mawas diri karena apapun bisa terjadi. Wahai para perempuan kuning ini adalah simbol dari nafsu LAWWAMAH. Yaitu nafsu yang masih senantiasa senang dengan kemaksiatan dan berat melakukan kebaikan. Senang bermalas-malasan, senang makan minum (halal-haram masuk), dan berlebih-lebihan.  Nafsu ini sudah tahu tentang baik dan buruk, namun masih senantiasa memilih melakukan keburukan. Biasanya Arjuna seperti ini istilah Jawa orang yang kapok-kapok lombok. Hari ini taubat, besok maksiat jalan lagi. Sehingga bukan tidak mungkin Anda Perempuan akan menjadi “Lomboknya”.

Apabila sang Arjuna memberikan bunga/ hadiah dengan warna hijau, ingat hijau identik dengan kesejukan, kedamaian, rindang, teduh, dst. Ibarat rambu-rambu lalu lintas, hijau diperbolehkan jalan, dengan catatan kewaspadaan tetap diperhatikan. Arjuna pada posisi ini ada kemungkinan berniat baik, tulus, dan ingin menjadikan Anda perempuan pendamping hidup. Namun demikian jangan diberi kesempatan, karena hijaupun bisa layu, kemudian merangas kemerah-merahan ibarat musim kemarau, tandanya bisa juga masih ingin “menafsui Anda”.

Apabila sang Arjuna memberikan bunga/hadiah dengan warna putih, sungguh ini yang dinanti-nantikan setiap perempuan yang baik hatinya. Karena putih merupakan simbol dari sumber kehidupan, bagai lentera, bagai sinar matahari yang menerangi semesta, bagai air yang jernih, bagai air susu yang bermanfaat, dan Tuhan-pun menampakkan kepada Ibrahim dengan cahaya yang luar biasa terang, membuat Ibrahim pingsan. Namun demikian jalan ini sungguh berat untuk dilalui, kecuali yang bertawakal kepada Allah. Sungguh Arjuna seperti ini menjadi idaman setiap perempuan yang baik hatinya untuk dijadikan pasangan.

Simpulan

Wahai para Arjuna, setelah kalian membaca tulisan ini hendaknyalah Anda lebih cerdas lagi memilih simbol-simbol sebagai ungkapan cinta pada perempuan. Sekalipun Anda yang paling tahu mau “menafsui” perempuan dengan salah satu tingkatan nafsu yang di atas, paling tidak sebagai alat introspeksi diri, Anda berada pada tahapan kebinatangan (nafsu) yang seperti apa.

Wahai para perempuan, setelah membaca tulisan ini hendaknya waspadalah dengan Arjuna-arjuna Anda yang membawa aneka hadiah dengan simbol warna diatas. Paling tidak Anda tahu akan “dinafsui” seperti apa oleh sang Arjunanya. 

Semuanya indah dengan tuntunan dan niat karena Allah SWT. Seperti firman-Nya di dalam Al Qur’an QS. Yusuf : 53, “Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku”. Dengan demikian mari mengendalikan nafsu dan mensucikan diri, agar mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Akhir kata menurut pandangan penulis tentang Hari Valentine, disamping sejarahnya penuh dengan kejahiliyahan/ sejarah gelap gulita (baca sumber-sumber tentang sejarah Valentine), merupakan pula momentum untuk bermaksiat bagi yang merayakan. Sebagai pemuda harapan bangsa harus cerdas jangan kembali pada jaman Jahiliyah, tetap turut Al-Quran dan Hadist jalan keselamatan!
Semoga tulisan ini bermanfaat. Sekarang mari tafakkur sebenarnya kita semua berada pada tingkatan (jeratan) nafsu yang bagaimana. Wallahu a’lam bis shawab.

Daftar rujukan:

Senin, 10 November 2014

Hari Parlemen Indonesia

Tidak banyak orang tahu bahwa tanggal 16 Oktober adalah hari parlemen Indonesia. Kelazimannya orang tahu bahwa tanggal 16 Oktober adalah peringatan hari pangan dunia. Ini dapat kita maklumi mengingat masalah pangan adalah kebutuhan primer setiap makluk hidup, sehingga memperingatinya sama halnya memperingati keberlangsungan hidup kita sebagai manusia.
Hari parlemen bukan berarti tidak penting bagi kita, meskipun penentuan tanggal 16 sebagai hari parlemen seburam wajah parlemen hari ini. Karena tidak cukup informasi mengapa dan kapan penetapan tanggal 16 sebagai hari parlemen. Namun demikian tahu dan ikut memperingati hari parlemen adalah sebuah harapan akan terwujudnya parlemen yang benar-benar menjadi wakil kita untuk kemaslahatan bersama menuju Indonesia yang bermartabat.
Lazimnya peringatan hari besar diperingati dikarenakan pada waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa penting, prestisius dan bahkan menggemparkan sehingga perlu diperingati sebagai simbol kita untuk mengenang menjadikan inspirasi menghadirkan masa lalu untuk kebaikan dimasa yang akan datang.

Sejarah Parlemen Indonesia
Jejak perkembangan pemikiran tentang lembaga perwakilan kemungkinan sudah ada sejak ribuan tahun silam seiring pertumbuhan dan perkembangan manusia pada waktu itu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Tambunan (1998) bahwa “kemungkinan di kerajaan-kerajaan purba ribuan tahun Sebelum Masehi (SM) seperti Assiria, Babylonia, Cina, India dan Mesir telah terdapat badan perwakilan, tetapi hingga sekarang tidak diperoleh bukti-bukti tertulis mengenainya.”
Sebenarnya konsep perwakilan dalam agama-agama besar sudah ada. Mulai dari Nabi dan Rosul adalah bentuk delegasi Tuhan untuk menyampaikan risalah-risalah ketuhanan. Pun demikian adanya malaikat lengkap dengan tugasnya masing-masing merupakan bentuk lain delegasi Tuhan kepada makluknya, termasuk tugas dan fungsi Jin yang jelas untuk menggoda dan menyesatkan manusia agar berpaling dari Tuhannya.
Meski demikian merujuk pendapat Pitkin dalam bukunya “The Concept of Representation”, bahwa perwakilan dalam artian sebenarnya yakni seseorang mewakili orang lain pada hakikatnya adalah istilah modern. Sehingga perlu ditegaskan bahwa Yunani Kuno tidak mempunyai kata itu sekalipun warga negara kota tersebut memilih sejumlah pejabat dan kadang-kadang mengirim duta yang sesungguhnya merupakan kegiatan yang dalam masa ini kita sebut dalam perwakilan.
Membahas lembaga perwakilan perlu merujuk pandangan Rousseau (1712-1778), yang mendambakan negara-negara kota seperti zaman Romawi Kuno atau seperti pemerintahan di desa-desa kecil di Swiss rakyat menjadi subjek pemerintahan sekalipun berada di bawah kekuasaan negara. Dengan kata lain, rakyat diperintah tetapi pada saat yang sama juga memerintah.
Pandangan Rousseau sulit diwujudkan mengingat perkembangan penduduk yang sangat cepat, semakin kompleksnya persoalan politik dan kenegaraan, serta perkembangan dan kemajuan teknologi merupakan kendala untuk melaksanakan demokrasi langsung pada era globalisasi seperti saat ini. Sebagai gantinya lahirlah demokrasi tidak langsung yang disalurkan melalui lembaga perwakilan atau yang lebih dikenal dengan nama “parlemen”. Yang mana rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikinya melalui wakil-wakil yang dipilih secara periodik.
Pada masa pemerintahan Islam, khususnya setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW yaitu sejak masa Khalifah Umar bin Khattab dikenal Asy Asyura atau Ahl Halli Wal Aqdi, yaitu musyawarah beberapa sahabat senior untuk menentukan kebijakan negara dan untuk mengangkat khalifah selanjutnya, walaupun dalam bentuk yang belum terlembagakan secara tersendiri, Efriza (2014).

Sejarah DPR mulai jaman penjajahan sampai dengan KNIP
Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dair Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
2.      Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI.
3.      Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:
            a. Ketua Mr. Kasman Singodimedjo
            b. Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
            c. Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary
            d. Wakil Ketua III Adam Malik

Periode Volksraad (Dewan Rakyat)
Pasal 53 sampai dengan Pasal 80 Bagian Kedua Indische Staatsregeling, wet op de Staatsinrichting van Nederlandsh-Indie (Indische Staatsrgeling) yang ditetapkan pada tanggal 16 Desember 1916 serta diumumkan dalam Staatsblat Hindia No. 114 Tahun 1916 dan berlaku pada tangal 1 Agustus 1917 memuat hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan legislatif, yaitu Volksraad (Dewan Rakyat).
Berdasarkan konstitusi Indische Staatsrgeling buatan Belanda itulah, pada tanggal 18 Mei 1918 Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum atas nama pemerintah penjajah Belanda membentuk dan melantik Volksraad (Dewan Rakyat).
Tahun 1918 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 38 orang (20 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1927 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 55 orang (25 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1930 :
§  Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 60 orang (30 orang dari golongan Bumi Putra)

Volksraad mempunyai hak yang tidak sama dengan parlemen, karena volksraad tidak mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran belanja negara.
Kaum Nasionalis moderat antara lain Hohammad Husni Thamrin, dll. menggunakan Volksraad sebagai jalan untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka memalui jalan Parlemen. Usul-usul anggota seperti Petisi Sutardjo Tahun 1935 yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia yang berisi keinginan adanya parlemen yang sesungguhnya sebagai suatu tahap untuk menuju Indonesia Merdeka, ternyata ditolak pemerintah Hindia Belanda.
Pada Awal perang Dunia II Anggota-anggota Volksraad mengusulkan dibentuknya milisi pribumi untuk membantu Pemerintah menghadapi musuh dari luar, usul ini juga ditolak. Tanggal 8 Desember 1941 Jepang melancarkan serangan ke Asia.
Tanggal 11 Januari 1942 Tentara Jepang pertama kali menginjak bumi Indonesia yaitu mendarat di Tarakan (kalimantan Timur). Hindia Belanda tidak mampu melawan dan menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, dan Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi.

Jaman Kemerdekaan
Rakyat Indonesia pada awalnya gembira menyambut tentara Dai Nippon (Jepang), yang dianggap sebagai saudara tua yang membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun pemerintah militer Jepang tidak berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Semua kegiatan politik dilarang. Pemimpin-pemimpin yang bersedia bekerjasama, berusaha menggunakan gerakan rakyat bentukan Jepang, seperti Tiga-A (Nippon cahaya Asia, Pelindung Asia, dan Pemimpin Asia) atau PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk membangunkan rakyat dan menanamkan cita-cita kemerdekaan dibalik punggung pemerintah militer Jepang.
Tahun 1943, dibentuk Tjuo Sangi-in, sebuah badan perwakilan yang hanya bertugas menjawab pertanyaan Saiko Sikikan, penguasa militer tertinggi, mengenai hal-hal yang menyangkut usaha memenangkan perang Asia Timur Raya. Jelas bahwa Tjuo Sangi-in bukan Badan Perwakilan apalagi Parlemen yang mewakili bangsa Indonesia.
Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang dibom atom oleh "Serikat" dan Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Dengan demikian Jepang akan kalah dalam waktu singkat, sehingga Proklamasi harus segera dilaksanakan.
Tanggal 16 Agustus 1945, tokoh-tokoh pemuda bersepakat menjauhkan Sukarno-Hatta ke luar kota (Rengasdengklok Krawang) dengan tujuan menjauhkan dari pengaruh Jepang yang berkedok menjanjikan kemerdekaan, dan didesak Sukarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berunding selama satu malam di rumah Laksamana Maeda,maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia membacakan Proklamasi Kemerdekaan di halaman rumahnya Pengangsaan Timur 56, Jakarta.
Periode KNIP (29 Agustus 1945 s/d Pebruari 1950)
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945.
Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP :
a.       Ketua Mr. Kasman Singodimedjo
b.      Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
c.       Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary
d.      Wakil Ketua III Adam Malik
Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.
KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan.
Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik.

Periode DPR dari masa – ke masa
1.      Nov 1965
2.      DPR GR minus PKI 15 Nov 1965 - 19 Nov 1966
3.      DPR GR Orde Baru 19 Nov 1966 - 28 Oct 1971
4.      DPR hasil pemilu 2 28 Oct 1971 - 01 Oct 1977
5.      DPR hasil pemilu 3 01 Oct 1977 - 01 Oct 1982
6.      DPR hasil pemilu 4 01 Oct 1982 - 01 Oct 1987
7.      DPR hasil pemilu 5 01 Oct 1987 - 01 Oct 1992
8.      DPR hasil pemilu 6 01 Oct 1992 - 01 Oct 1997
9.      DPR hasil pemilu 7 01 Oct 1997 - 01 Oct 1999
10.  DPR hasil pemilu 8 01 Oct 1999 - 01 Oct 2004
11.  DPR hasil pemilu 9 01 Oct 2004 - 01 Oct 2009
12.  DPR hasil pemilu 10 01 Oct 2009 - 01 Oct 2014
13.  DPR hasil pemilu 11 01 Oct 2014 - 01 Oct 2019

Hari Parlemen ini sama pentingnya dengan hari pangan sedunia. Karena kebijakan pangan untuk kesejahteraan rakyat adalah tugas pemerintah, salah satunya parlemen menjadi faktor agen kontrol apakah kebijakan pangan dan kebijakan lainnya yang menyangkut kesejahteraan rakyat sudah tepat atau sebaliknya.
Semoga parlemen kita lebih berwajah humanis dan membanwa senyum bagi rakyat Indonesia, bukan senyum untuk segelintir orang, apalagi kelompoknya. Selamat Dirgahayu Parlemen Indonesia.

Referensi
Efriza, 2014. Studi Parlemen : Sejarah, Konsep, dan Lanskap Politik Indonesia. Penerbit: SETARA Press, Malang.
Sanit, Arbi, 1985. Perwakilan Politik Indonesia. Penerbit: Rajawali, Jakarta.
Tambunan, A.S.S., 1998. Fungsi DPR RI Menurut UUD 1945 Suatu Studi Analisis Mengenai Pengaturannya Tahun 1966-1977, Sekolah Tinggi Hukum Militer.
http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/sejarah

Profil Tokoh Inspiratif

IRONI MAHASISWA ALERGI ORGANISASI


Tipe mahasiswa setidaknya ada 3 (tiga) sesuai dengan kebiasaannya, terutama di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri). Pertama, mahasiswa Kupu-kupu; kuliah-pulang kuliah pulang. Sering kita melihat mahasiswa dengan karakter Kupu-kupu, yang aktivitasnya hanya kuliah lalu pulang. Kedua, mahasiswa Kelabang; keliaran bangga. Mahasiswa jenis Kelabang dapat kita pahami karena memang latar belakang dan asal mahasiswa Unitri dari berbagai pelosok di tanah air, sehingga “aji mumpung” berlaku. Mumpung di Malang keliaran menambah pengalaman, keren! Yang terakhir adalah mahasiswa Tikus; Aktivis kampus. Tipe mahasiswa yang terakhir ini adalah tipe mahasiswa yang ideal, setidaknya jika memegang teguh idealismenya. Jika tidak, maka akan benar-benar menyerupai “tikus” ala lagunya Iwan Fals!
Pilihan menjadi mahasiswa kupu-kupu tidak salah apabila diimbangi dengan kegiatan bermanfaat dan serius untuk persiapan menyongsong masa depan lebih baik. Misalnya, menghabiskan waktu membaca buku, mengunjungi perpustakaan, selanjutnya fokus pada tugas-tugas kuliah. Sehingga secara akademis dapat meraih IPK yang baik dan berguna untuk bekal kembali ke masyarakat dan mendapatkan kerja sesuai dengan harapan.
Mahasiswa dengan tipe kelabang bukan pilihan yang cerdas. Keliaran bangga seharusnya dimaknai dalam hal yang positif. Keliaran dan harus bangga apabila menghadiri seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya yang menunjang kegiatan akademis. Bukan keliaran dalam arti sebaliknya yang menyia-nyiakan waktu.
Menjadi mahasiswa ideal bukan hanya menjadi aktivis kampus, setidaknya harus memenuhi tiga kriteria, yaitu; berprestasi, berorganisasi, dan akhlak yang baik (budi pekerti). Ketiga kriteria ini hakikatnya tidak terpisahkan bagi keberhasilan hidup mahasiswa di masa depan. Istilah yang lagi populer hard skill saja tidak cukup, butuh soft skill. Kaitan ketiga hal tersebut menurut Rahmat Hariyadi adalah sebagai berikut.
  1. Prestasi mengantarkan lulus seleksi dalam mendapatkan pekerjaan;
  2. Pengalaman organisasi menjadikan sukses melaksanakan pekerjaan; dan
  3. Akhlak yang baik membuat diterima dalam setiap pergaulan.
Inti dari prestasi adalah pencapaian standar nilai yang tinggi dalam menyelesaikan perkuliahan. Prestasi mencerminkan penguasaan seseorang terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dan diujikan kepadanya. Secara singkat, mahasiswa yang berprestasi adalah yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi. IPK ini menjadi pertimbangan awal bagi seorang lulusan ketika melamar suatu pekerjaan, baru kemudian hasil ujian tulis, wawancara, uji kompetensi, dan sebagainya. Apabila prestasi rendah, maka biasanya sejak awal seorang calon pelamar sudah tersingkir atau tidak diperhatikan.
Pengalaman berorganisasi banyak dibutuhkan di dunia kerja seperti yang disampaikan oleh Andrie Wongso (motivator dan pengusaha) mengatakan; dalam dunia kerja, banyak perusahaan yang lebih mengutamakan calon karyawan dari lulusan yang memiliki riwayat organisasi. Alasannya, karena mantan aktivis memiliki manajemen waktu, keterampilan interpersonal, serta problem solving yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengalaman organisasi. Karena mereka lebih terlatih dalam mengelola tugas yang banyak dan menetapkan prioritas penyelesaiannya. Mereka tidak canggung lagi dengan tuntutan budaya kerja kantor. Dan tentunya mereka telah terbiasa berinteraksi dengan orang dengan berbagai karakteristiknya, sehingga lebih siap mengelola dan menghadapi konflik dalam perusahaan bahkan menemukan solusinya. Lain halnya dengan mereka yang semasa kuliah tidak aktif berorganisasi, maka ketika memasuki dunia kerja ia baru mulai belajar keterampilan-keterampilan di atas. Hal ini membutuhkan waktu, dan kadang membuat kolega kurang respek, karena semestinya ketika memasuki dunia kerja seseorang benar-benar telah siap bekerja, bukannya baru belajar dari awal!
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi yang Diharapkan Dunia Kerja oleh National Association of Colleges and Employers, USA, 2002. Berikut peringkatnya yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja; 1. kemampuan berkomunikasi, 2. integritas/ kejujuran, 3. kemampuan bekerjasama, 4. kemampuan interpersonal dan 5. etika. Sedangkan IPK menduduki peringkat 17 dari 20 item kebutuhan prioritas dunia kerja. Kalau kita tidak punya ruang untuk aktualisasi diri (aktif di organisasi) bagaimana kita melatih semua itu?
Namun demikian memilih organisasi berbasis mahasiswa harus cerdas dan penuh perhitungan bukan sekedar ikut-ikutan. Mengingat menjadi mahasiswa adalah rangkaian terakhir dari proses pendidikan formal. Itu pula mengapa sebutannya maha-siswa sama artinya di atas segala siswa. Pengertiannya sederhana, kita dituntut untuk mandiri dalam belajar, rasional dalam pilihan, dan menjadi orang yang merdeka lahir batin sebagai bekal kembali kemasyarakat sebagai agent of change. Bukan seperti siswa yang senantiasa apa kata guru, terikat kuat dengan pilihan-pilihan orang tua, bahkan dalam banyak hal pilihannya sekedar ikut-ikutan, berdasarkan kesenangan dan hanya karena pilihan itu adalah pilihan teman karib kita.
Banyak organisasi yang penuh dengan doktrin yang mengkungkung dan mengebiri fitrah kita yang senantiasa oleh Tuhan dituntut menggunakan akal, dituntut menggunakan kesadaran beraktivitas dalam hidup untuk beribadah dan menjadi khalifah fil ard di dunia. Dalam kitab suci Tuhan senantiasa mengajak manusia untuk berpikir tentang segala bentuk kuasa dan ciptaan Tuhan, agar bersyukur. Orang yang menggunakan kesadaran dan ilmunya lebih tinggi derajatnya dimata Tuhan dibandingkan dengan aktivitas yang tidak berdasar ilmu dan kesadaran.
Oleh karena, memilih organisasi sama cerdasnya dengan memilih untuk menjadi orang sukses. Karena salah memilih organisasi berarti salah pula memupuk pribadi, mental dan pola pikir bagaimana menjadi orang yang hebat. Ingat dalam organisasi ada budaya organisasi. Jika budayanya tidak cerdas, budayanya menghalalkan segala cara, melestarikan tradisi-tradisi yang jauh dari nilai-nilai agama dan tidak berorientasi kepada kehidupan dunia dan akhirat, tentunya kita akan menjadi pribadi sebagaimana lingkungan dan budaya membentuk kita. Pilihan organisasi bukan untuk sukses di dunia saja lebih dari itu untuk bekal di akhirat tentunya.
Akhlak yang baik adalah mata uang yang laku di mana saja, dan bisa untuk membeli apa saja. Dengan akhlak yang baik, simpati teman mudah didapatkan, ketidaksukaan orang dapat dihindari, hati atasan dapat dibuat terkesan, bantuan dan pertolongan orang lain mudah didapatkan. Inilah hebatnya akhlak, sehingga bila hal ini tidak ada, maka prestasi dan pengalaman organisasi di atas menjadi tidak berarti.
Analoginya begini, IPK sama dengan IQ (kecerdasan intelektual) dan pengalaman organisasi dapat kita sebut dengan EQ (kecerdasan emosional). IQ dan EQ yang mumpuni akan menjadikan seorang lulusan jumawa (tinggi hati) dan sekali waktu dapat dengan mudah putus asa (bahkan di negara maju banyak yang sampai bunuh diri). Untuk menyempurnakannya dibutuhkan SQ (kecerdasan spiritual) sebagai sandaran hakiki bagi kita makluk yang ber-Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kombinasi menjadi pribadi sukses selain kemampuan IQ dan EQ, kuncinya bersandar pada SQ sebagai pusat orbit segala aktivitas kita, buahnya akhlak yang baik dan menjadi pribadi teladan.
Idealnya mahasiswa harus menjadi Insan Akademis, Pencipta dan Pengabdi. Insan Pencipta sebagai bentuk tanggung jawab sebagai orang yang sedang belajar di perguruan tinggi, IPK sebagai indikatornya. Pencipta, adalah tuntutan kreativitas dan inovatif setelah berilmu karena beradaban besar di dunia lahir dari kreativitas dan inovasi dari orang yang berilmu. Sedangkan Pengabdi, adalah tanggung jawab sosial bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya dan juga untuk lingkungannya.
Selanjutnya, tinggal kita bertanya pada diri sendiri termasuk kategori mahasiswa yang bagaimanakah kita? Atau ada jenis mahasiswa lain yang belum tersebutkan di atas. Namun yang pasti bagi Anda yang sudah menjadi Tikus, sudah berada pada jalur kesuksesan dengan catatan IPK dan Akhlak tidak diabaikan. Bukankah banyak yang “keasikan” aktif di organisasi melupakan kuliah dan mengabaikan akhlak/ budi pekerti/ tata krama sebagai pribadi calon intelektual? Semoga tidak demikian, Selamat berjuang!

Referensi;
Artikel pribadi dody setyawan
National Association of Colleges and Employers, USA, 2002